Kamis, 15 September 2011

makalahku


PERENCANAAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Oleh : sulthon s.

           
Pendahuluan
Merencanakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang siap berkompetisi secara sehat, terbuka serta berkualitas dimasa sekarang merupakan kegiatan yang cukup menantang, terutama diera seperti sekarang dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan pesatnya, hal inipun telah memacu terjadinya percepatan arus informasi dan komunikasi yang tak terbatas yang didalamnya menuntut adanya sumberdaya manusia yang tangguh.
Sedangkan yang kita dapati dalam realitas kehidupan bangsa kita adalah terjadinya kemerosotan kualitas SDM,  Dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada 29 November 2007 menunjukkan peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari angka 58 menjadi 62 diantara 130 negara di dunia. Yang jelas, education development index (EDI) Indonesia adalah 0,935, dibawah Malaysia (0,945) dan Brunei Darussalam (0,965).[1] Hal ini cukup menjadi refensi bagi kita untuk mengakui ketertinggalan kita dengan Negara – negara tetangga dalam hal sumber daya manusia.
 Inilah yang kami sebut menantang ketika kita hendak merencanakan atau lebih spesifik lagi mendesain dan mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam yang tentunya harus bebeda dengan lembaga-lembaga pendidikan yang sudah ada, sebab jangan-jangan kita hanya akan menambah panjang daftar lembaga – lembaga pendidikan yang dalam ukuran tertentu telah gagal dalam usaha peningkatan sumberdaya manusia Indonesia.
Makalah ini akan membahas sekaligus memberikan kontribusi dalam menjawab tantangan tersebut melalui upaya merencanakan sebuah lembaga pendidikan Islam berkualitas yang barangkali bisa memercikkan setitik sinar harapan bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang siap berkompetisi diera globalisasi sekarang ini.    
Dengan tidak bermaksud sombong, makalah ini lebih rinci akan menyajikan bagaimana merencanakan, mendesain sekaligus langkah-langkah mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam yang ideal bagi peningkatan kualitas pendidikan kita.    





    















Perencanaan Kolaboratif Lembaga Pendidikan Islam

Hakikat pendidikan adalah mengubah budaya. Apa yang sering dilupakan
banyak orang adalah bahwa sekolah-sekolah kita telah memiliki budaya
sekolah (”school culture”) yaitu seperangkat nilai-nilai, kepercayaan, dan
kebiasaan yang sudah mendarah daging dan menyejarah sejak negara ini
merdeka. Tanpa keberanian mendobrak kebiasaan ini, apa pun model
pendidikan dan peraturan yang diundangkan, akan sulit bagi kita untuk
memperbaiki mutu pendidikan.
Sedikitnya ada lima tradisi yang membatu bertahanya “school culture” selama ini:
(1) orang tua menganggap sekolahlah yang bertanggung jawab mendidik siswa.
(2) orang tua percaya bahwa program IPA lebih bergengsi daripada program IPS bagi anak mereka.
(3) orang tua percaya bahwa sekolah kejuruan kurang bergengsi.
(4) masyarakat percaya bahwa gelar ke(pasca) sarjanaan merupakan simbol status sosial, dan
(5) pemerintah merasa paling jagoan menyelenggarakan
pendidikan.
Wacana pendidikan kita kini diperkaya oleh seperangkat kosa kata yang
maknanya berimpitan: sekolah percontohan, sekolah percobaan, sekolah
unggul, sekolah akselerasi, dan sejenisnya. Dalam literatur internasional
semua itu lazim disebut lab school, effective school, demonstration
school, experiment school, atau accelerated school, dan sekolah-sekolah
pun diiklankan dengan atribut-atribut magnetis itu.
Senarai kosa kata itu tidak persis bersinonim. Ada nuansa kekhasan pada
masing-masing. Dari semua itu, kosa kata yang paling lazim dipakai adalah
effective school atau sekolah unggul yang didasarkan atas keyakinan bahwa
siswa, apa pun etnis, status ekonomi, dan jenis kelaminnya, akan mampu
belajar sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Pendekatan yang ditempuh adalah perencanaan secara kolaboratif antara
guru, administrator, orang tua, dan masyarakat. Data prestasi siswa
dijadikan basis untuk perbaikan sistem secara berkelanjutan. Sekolah unggul demikian memiliki cirri-ciri sebagai berikut.
Pertama, visi dan misi sekolah yang jelas. Mayoritas sekolah kita belum
mampu-- dan memang tidak diberdayakan untuk mampu--mengartikulasikan visi
dan misinya. Visi adalah pernyataan singkat, mudah diingat, pemberi
semangat, dan obor penerang jalan untuk maju melejit. Misalnya, "SMA
berbasis komputer", "SD berbasis kelas kecil", "SMP berbasis IST
(information system technology)," "SMK bersistem asrama," "Aliyah dengan
pengantar tiga bahasa," dan sebagainya.
Konsep iman dan taqwa (imtaq) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
selama ini terlalu sering dipakai sehingga maknanya tidak jelas,
mengawang-awang, filosofis, dan tidak operasional. Misi adalah dua atau
tiga pernyataan sebagai operasionalisasi visi, misalnya "membangun siswa
yang kreatif dan disiplin," dan sebagainya. Walau begitu, ada prioritas
yang diunggulkan dalam rentang zaman secara terencana. Prioritas ini
dinyatakan eksplisit dalam rencana kerja tahunan sekolah.
Untuk mengimplementasikan visi dan misi sekolah ada sejumlah langkah yang
mesti ditempuh: (1) pahami kultur sekolah, (2) hargai profesi guru, (3)
nyatakan apa yang Anda hargai, (4) perbanyak unsur yang Anda hargai, (5)
lakukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait, (6) buat menu kegiatan
bukan mandat, (7) gunakan birokrasi untuk memudahkan bukan untuk
mempersulit, dan (8) buatlah jejaring (networking) seluas mungkin.
Kedua, komitmen tinggi untuk unggul. Staf administrasi, guru, dan kepala
sekolah memiliki tekad yang mendidih untuk menjadikan sekolahnya sebagai
sekolah unggul dalam segala aspek, sehingga semua siswa dapat menguasai
materi pokok dalam kurikulum. Semuanya memiliki potensi untuk
berkontribusi dalam proses pendidikan. Komitmen ini adalah energi untuk
mengubah budaya konvensional (biasa-biasa saja) menjadi budaya unggul.
Ketiga, kepemimpinan yang mumpuni. Kepala sekolah adalah "pemimpin dari
pemimpin" bukan "pemimpin dari pengikut." Artinya selain kepala sekolah
ada pemimpin dalam lingkup kewenangannya sehingga tercipta proses
pengambilan keputusan bersama (shared decision making). Komunikasi
terus-menerus dilkukan antara kepala sekolah dan para guru untuk memahami
budaya dan etos sekolah yang yang diimpikan lewat visi sekolah itu. Bila
tidak dikomunikasikan terus-menerus, visi itu akan mati sendiri.
Guru juga adalah pemimpin dengan kualitas sebagai berikut: (1) terampil
menggunakan model mengajar berdasarkan penelitian, (2) bekerja secara tim
dalam merencanakan pelajaran, menilai siswa, dan dalam memecahkan masalah,
(3) sebagai mentor bagi koleganya, (4) mengupayakan pembelajaran yang
efisien, dan (5) berkolaborasi dengan orang tua, keluarga, dan anggota
masyarakat lain demi pembelajaran siswa.
Keempat, kesempatan untuk belajar dan pengaturan waktu yang jelas. Semua
guru mengetahui apa yang mesti diajarkan. Alokasi waktu yang memadai dan
penjadwalan yang tepat sangat berpengaruh bagi kualitas pengajaran. Guru
memanfaatkan waktu yang tersedia semaksimal mungkin demi penguasaan
keterampilan azasi. Dalam hal ini perlu dijaga keseimbangan antara
tuntutan kurikulum dengan ketersediaan waktu. Kunci keberhasilan dalam hal
ini adalah mengajar dengan niat akademik yang jelas dan siswa pun
mengetahui niat itu. Mengajar yang berkualitas memiliki ciri sebagai
berikut: (1) organisasi pembelajaran yang efisien, (2) tujuan yang jelas,
(3) pelajaran yang terstruktur, dan (4) praktik mengajar yang adaptif dan
fleksibel.
Kelima, lingkungan yang aman dan teratur. Sekolah unggul bersuasana
tertib, bertujuan, serius, dan terbebas dari ancaman fisik atau psikis,
tidak opresif tetapi kondusif untuk belajar dan mengajar. Siswa diajari
agar berperilaku aman dan tertib melalui belajar bersama (cooperative
learning), menghargai kebinekaan manusiawi, serta apresiasi terhadap
nilai-nilai demokratis. Banyak penelitian menunjukkan bahwa suasana
sekolah yang sehat berpengaruh positif terhadap produktivitas, semangat
kerja, dan kepuasan guru dan siswa.
Keenam, hubungan yang baik antara rumah dan sekolah. Para orang tua
memahami misi dan visi sekolah. Mereka diberi kesempatan untuk berperan
dalam program demi tercapainya visi dan misi tersebut. Dengan demikian,
sekolah tidak hanya mendidik siswa, tetapi juga orang tua sebagai anggota
keluarga sekolah yang dihargai dan dilibatkan.
Dengan melibatkan mereka pada kegiatan ekstra di akhir pekan (extra
school) misalnya, siswa sadar bahwa orang tuanya menghargai kegiatan
pendidikan, sehingga mereka pun menghargai pendidikan yang dilakoninya.
Inilah contoh konkret hubungan tripatriat sekolah-siswa-orang tua.
Upacara-upacara yang dihadiri orang tua sesungguhnya merupakan kesempatan
untuk membangun citra sekolah dan untuk merayakan visi dan misi.
Singkatnya, sekolah unggul membangun "kepercayaan" dan silaturahmi
sehingga masing-masing memiliki nawaitu tinggi untuk melejitkan prestasi.
Ketujuh, monitoring kemajuan siswa secara berkala. Kemajuan siswa
dimonitor terus- menerus dan hasil monitoring itu dipergunakan untuk
memperbaiki perilaku dan performansi siswa dan untuk memperbaiki kurikulum
secara keseluruhan. Penggunaan teknologi, khususnya komputer memudahkan
dokumentasi hasil monitoring secara terus- menerus.
Evaluasi penguasaan materi pelajaran secara perlahan bergeser dari tes
baku (standardized norm-referenced paper-pencil test) menuju tes berdasar
kurikulum dan berdasar kriteria (curricular-based, criterion-referenced).
Dengan kata lain, evaluasi akan lebih berfokus pada performansi dan
dokumentasi prestasi siswa sebagaimana terakumulasi dalam portofolio.
Dokumentasi prestasi ini bukan hanya untuk guru, tetapi juga untuk
dikomunikasikan kepada orang tua.
Sekolah sebagai sistem juga dimonitor secara berkelanjutan. Artinya
sekolah tidak hanya terampil memonitor kemajuan siswa, tetapi juga siap
mengevaluasi dirinya sendiri. Hasil evaluasi diri ini merupakan bahan bagi
pihak lain (external evaluators) untuk mengevaluasi kinerja sekolah itu.
Inilah makna akuntabilitas publik. Sekolah harus mengagendakan program
rujuk mutu (benchmarking) kepada sekolah lain, sehingga sadar akan
kelebihan dan kekurangan sendiri.
Model sekolah unggul seperti digambarkan di atas akan berwujud bila
sekolah tidak eksklusif bak menara gading, tetapi tumbuh sebagai bagian
dari masyarakat sehingga memiliki kepekaan terhadap nurani masyarakat (a
sense of community). Dalam masyarakat setiap individu berhubungan dengan
individu lain, dan masing-masing memiliki potensi dan kualitas yang dapat
disumbangkan pada sekolah.
Dalam era reformasi tetapi juga dalam keterpurukan ekonomi sekarang ini,
kita merasakan keterbatasan dana dan menyaksikan tuntutan yang semakin
tinggi akan adanya otonomi sekolah, akuntabilitas publik dan tranparansi,
serta adanya harapan besar dari orang tua. Bila ketujuh ayat di atas
dilaksanakan, pendidikan yang diselenggarakan sekolah akan berdampak
dahsyat pada pembentukan manusia kapital di tanah air.


















PANDUAN SEDERHANA MENDIRIKAN SEKOLAH 
1.      Apa yang akan dikerjakan bila ingin mendirikan lembaga pendidikan dengan program  Islamic Full Day School?       Jika belum ada yayasan, maka harus mempersiapkan yayasan yang memiliki visi dan misi dakwah ilalloh melalui dunia pendidikan. Bukan bisnis, bukan riya’, bukan jabatan atau bukan kelanggengan kepentingan keluarga, bukan nafsu persaingan antar sesama umat Islam yang tidak sehat.      Mendaftarkan yayasan ke akte notaris (bila belum memiliki yayasan). Bila sudah tinggal melanjutkan saja penyusaian visi dan misi. Mungkinkah harus ada penawaran ulang para pengurus yang lama jika sudah ada yayasan untuk siap dakwah, siap melanjutkan perjuangan ini.      Pengurus yayasan bermusyawarah dengan target hasil: 1.       Membahas lokasi beserta bangunannya bila belum memilikinya. Bila sudah memiliki bangunan tinggal menyesuaikan, merubah dan menyiapkan penataan agar sesuai dengan program yang menjadi unggulannya.2.       Merencanakan siapa pengelola yang diamanahinya. Harus ada kreteria agar tidak salah sasaran.3.       Merencanakan siapa guru yang akan ditunjuk oleh pengelola bersama yayasan 4.       Magang guru ke lembaga yang sevisi dan semisi, 5.       Seragam guru diberikan oleh yayasan agar terlihat rapi, dan rajin. Saya sering mendapatkan sekolah yang tidak disiplin dalam hal seragam. 6.       Pelatihan guru tentang kepemimpinan, manajemen, dan pengajaran. Harus ada proses pelatihan berkesinambungan.7.       Membuat buku panduan pengelolaan.       Sosialisasi ke masyarakat: 1.       Brosur, pamlet, radio, surat kabar (minmal surat pembaca), tokoh-tokoh (para kyai, ustadz atau khotib masjid), dll2.       Seminar pendidikan anak  dengan tema : “Pendidikan Terpadu sebagi Upaya Menyiapkan Generasi Pemimpin Bangsa” (umpamanya)3.       Bershilaturrahim ke orang yg memiliki pengaruh atau ke sasaran target (ini dilakukan sesering mungkin). 

2.      Kapan persiapan dapat dilaksanakan?       Magang guru paling lambat dilakukan bulan Maret selambat-lambatnya bulan Mei. Karena pada bulan Maret sekolah sudah hampir mengakhir pembelajaran, banyak yang menyiapkan cawu Ujian Akhir.      Brosur dll-nya harus mulai diedarkan bulan Maret, disosialisasikan bulan Maret atau April hingga Juni      Pembentukkan panitya penerimaan siswa baru pada bulan Maret.      Mulai penerimaan bulan April kalau bisa ditutup bulan Juni atau jika kelas sudah penuh.      Pelatihan dan latihan mengajar bagi calon guru pada bulan Juni      Evaluasi cara mengajar calon guru awal bulan Juni dan Juli      Pertengahan Juli masuk (semua sudah siap, seragam sudah dipakai dengan atribut lengkap) 

3.      Sebaiknya berapa orang yang terlibat?       5-15 orang pengurus/pendiri yayasan yang dapat merangkap pengurus. Pengurus yang betul-betul akan bekerja minimal 3 orang.       Pengelola dibutuhkan, satu kepala sekolah merangkap guru, dan satu guru pembantu jika hanya 1 kelas. Jika direncanakan dua kelas, tambah saja satu guru atau dua guru bergantung keuangan lembaga. 

4.      Apa yang terpenting dan perlu disiapkan?        Merencanakan RABS (rencana anggaran belanja sekolah) dan menyepakatinya untuk dipenuhi dan dilaksanakan      Merencanakan bentuk lokal, penataan lokal, halaman, mushola dan penataan ruang      Merencanakan warna dan bentuk seragam siswa dan guru       Pedoman pengajaran dan silabus pengajaran      Lembaran evaluasi guru atau siswa      Buku-buku penunjang seperti buku penghubung, buku tamu, ekspedisi dll 

5.      Kesulitan apa yang diperkirakan       Mendapatkan guru yang bervissi dan bermissi untuk dakwah sangat sulit. Biasanya kesulitan pertama jika guru atau pengurus missi dakwahnya kendor akan mempengaruhi kinerjanya. Karena itu syarat menjadi guru perlu ditentukan terlebih dahulu.      Kemampuang guru yang pas-pasan dalam pengelolaan kelas, pengajaran al Qur’an, dan bercerita atau berekspresi      Saling curiga antar pengurus masalah dana, masalah tokoh, masalah keterlibatan dll      Pendaftar, peminat untuk masuk ke TK/SD IT sangat sedikit atau sebaliknya terlalu banyak pada tahun-tahun awal.      Pendanaan awal, bila tidak ada yang berinfaq atau dana bantuan dari yayasan, maka TK/SD IT akan kekurangan dana dan sulit untuk menjalankan operasional.      Penyamaan materi pengajaran, banyak guru baru yang mengajar sesuai kemampuannya sendiri, yaitu basicnya sendiri.      Banyak komentar, sindiran, kritik dan cemoohan. Dibutuhkan kesabaran.      Guru meninggalkan sekolah (keluar) karena gajinya kurang, bahkan ada yang memilih menjadi TKW/TKI. 

6.      Antisipasinya?    Seleksi guru ketat, termasuk seleksi calon pengurus yayasan atau pengelola   Pelatihan guru harus intensif   Keterbukaan pengelolaan   Menggiatkan promosi   Yayasan menyiapkan dana untuk membantu operasional   Memberi gaji standart UMR di daerah masing-masing   Pengurus yayasan membuka dialog dengan guru agar tidak terjadi kesalah pahaman   Lembaga/ sekolah harus tetap berjalan walau murid awal hanya dapat lima anak. Kita tetap istiqomah.   Penggunaan dana agak irit, dan bila perlu semua pengeluaran harus ada buktinya, demikian dana masuk harus terbukukan dengan tertib.   Selalu memprogramkan home visit agar siswa dan orang tua siswa krasan.   Mau meminta dan menerima saran dari wali siswa atau masyarakat agar mereka tetap terlibat dan bila perlu dilibatkan dalam memikirkan kemajuan sekolahan. 

7.      Langkah Selanjutnya Setelah berjalan satu tahun, maka perlu dilakukan langkah perizinan secara resmi ke Depag atau Diknas. Jangan lupa setiap bulan kita mengadakan rapat bersama untuk membahas evaluasi kinerja kita.   


PANDUAN
PROGRAM PENGAJARAN
(ISLAMIC FULL DAY SCHOOL)   
A.    Kegiatan Umum 
  1. Pembuatan Program Kerja Tahunan
  2. Rapat koordinasi dengan dewan guru Rapat ini dilaksanakan sepekan sekali membahas perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengajaran
  3. Evaluasi Harian Program ini merupakan program rutin setiap hari diadakan evaluasi pengajaran. Tehnik pelaksanaan setiap hari semua guru berkumpul lima menit-sepuluh menit sebelum pulang untuk melaporkan kesulitan yang dialaminya, dan membuat kesepakatan perencanaan besoknya.
  4. Rapat koordinasi dengan Yayasan Rapat ini diwakili oleh direktur LPI atau kepala sekolah, namun kadang-kadang juga diadakan rapat bersama yayasan dengan dewan guru
  5. Rapat Kedinasan
  6. Rapat dengan wali murid
  

B.    Kurikulum

Kurikulum andalan kita adalah al Qur’an. Al Qur’an sebagai sumber hukum kehidupan harus dimulai pengajarannya sejak dini. Dengan cara ini seorang muslim akan menjadikan pedoman hidupnya bersumber dari nilai-nilai al Qur’an. Dalam hal pengajaran al Qur’an, Rasululloh bersabda “ sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar dan mengajarkan al Qur’an.”  Mendasarkan hal tersebut, maka yayasan Darus Salam mengembangkan pendidikan dengan program unggulannya adalah al Qur’an. Dengan tujuan :

1.      Siswa termotivasi belajar al Qur’an, bahwa belajar al Qur’an itu mudah dan ibadah

2.      Siswa mampu membaca al Qur’an tahap awal dengan baik dan benar sesuai ilmu tajwid. Target minimal adalah tiga jilid dari buku Qiro’ati.

3.      Siswa menghafal surat pendek dari juz amma target minimal 20 surat jika TK dan Juz Amma jika SD.

4.      Siswa menghafal ayat-ayat pilihan yang sesuai kepentingan (seperti ayat kursi dll)

5.      Menumbuhkan kebiasaan hidup bersama al Qur’an baik di sekolah maupun di rumah.

6.      Memberi nilai tambah pada orang tuanya untuk mau belajar al Qur’an atau paling tidak membantu mengajar al Qur’an di rumah.

 Kualifikasi kompetensi profesional guru
 1.     mencintai anak dan dunia pendidikan
2.    mampu dan terbiasa membaca al Qur’an dengan tartil sesuai kaidah ilmu tajwid3.     menguasai teori ilmu tajwid
4.     hafal juz amma atau minimal surat pilihan yang telah ditentukan oleh sekolah dan ayat-ayat pilihan
5.     menguasai metode pembelajaran dengan pendekatan CBSA dan keterampilan proses
6.     memahami psikologi anak secara umum
7.     melatih diri untuk mampu mentarjim al Qur’an
8.     menutup aurot baik di lingkungan sekolah mupun di lingkungan masyarakat, karena guru sebagai tauladan bagi siswa dan masyarakat.  
Kunci Keberhasilan Mengajar
 1.     Ikhlas karena Alloh Ta’ala dan selalu memohon bantuannya
2.     Ciptakan situasi yang sungguh-sungguh namun santai
3.     Usahakan agar siswa senang dan bergembira, jangan merasa tertekan
4.     Diantara guru dan siswa ada sambung rasa
5.   Guru harus bersikap bijaksana dan penuh kewibawaan
6.   Berilah motivasi/dorongan baik pada siswa yang berprestasi maupun siswa yang kurang
7.    Ciptakan koordianasi dan hubungan akrab dengan wali santri
8.    Beri motivasi agara siswa senang berlatih, mandiri dan mengulang-ulang 
C.    Pengajaran Praktek Ibadah Praktek ibadah dilatihkan ke siswa agar anak memiliki amalan sehari-hari dengan cara yang praktis yaitu guru memberi contoh berulang-ulang dan anak menirukannya. Program pembelajaran ini mengarah pada pendekatan aspek psikomotor disamping pengembangan aspek kognitif dan afektif yang ada. Materi praktek ibadah ini disesuaikan dengan materi hafalan do’a, ditambah dengan materi wudlu dan sholatnya. Metodenya bervariasi guru dituntut untuk kreatif. 
D.   Pengajaran Shiroh/kisah Pengajaran ini dilakukan dengan metode mendongeng. Materinya dari shiroh para Nabi, shahabat dan auliya’ulloh. Fungsinya untuk menumbuhkan cinta Nabi, keteladanan dan mengembangkan keterampilan dasar dan kreatifitas melalui pengembangan penuturan kisah. 
E.    Pengajaran Bahasa Arab dan Inggris Melihat usia anak TK yang sangat kecil maka pengajarannya harus menggunakan pendekatan hafalan dan praktek. Belum diajari tulis menulis, karena itu metodenya adalah menirukan-melihat-melafalkan.  
F.    Ekstra Kurikuler Kegiatan ini merupakan kegiatan yang diadakan di luar kurikulum resmi. Kegiatan ini tidak boleh berdiri sendiri. Ia harus menumbuhkan motivasi belajar siswa, membangkitkan prestasi belajar dan menanamkan budaya hidup tertib, rapi, bersih, bertanggung jawab dan persaudaraan. Karena itu harus diperhatikan rambu-rambunya yaitu:      
1.      Membangkitkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
2.      Konsentrasi siswa dalam belajar tampak jelas dengan hasil yang dicapai
3.      Direkayasa sehingga siswa memliki apresiasi mendalam 
Tujuannya adalah:
·         Mengembangkan bakat dan minat siswa dengan terarah dan terencana
·         Terpenuhinya kebutuhan akan aktualisasi diri siswa secara wajar
·         Memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan lain
·         Menguasai keterampilan dasar sesuai perkembangan usia anak. 

G.         Pengajaran Islami Salah satu missi sekolah Islam adalah memberi warna pada persiapan mengajar harian dan proses KBM di kelas dengan nilai-nilai Islami pada semua mata pelajaran yang diberikan kepada siswa. Hal ini untuk memberikan pemahaman yang lengkap dan shohih dalam setiap pembelajaran yang diterima. Jika materinya umum pengajaran islami adalah memberikan sisipan nilai-nilai islam dan memberi contohnya secara islami pula sehingg anak menerimanya dalam bentuk konsep dan praktek perbuatan nyata. Teknis pelaksanaannya diserahkan pada kreatifitas guru dan ini dimusyawarahkan setiap evaluasi harian dan rapat sepekan. Rambu-rambunya adalah: 
·         Tidak melupakan Alloh Ta’ala sebagai sumber dari segala ilmu
·         Penyampaian konsep yang murni, faktual, jujur serta efektif dan efesian
·         Ada isyarat wahyu, hadits, shiroh, kisah salafush-sholih, penokohan dan ibroh
·         Menampakkan akhlakul karimah di setiap saat (misalnya hadlir tepat waktu, selalu mengucapkan salam, do’a, selalu mengontrol kebersiahan dll)
·         Islamisasi penokohan
·         Islamisasi isi materi H.   Peningkatan Mutu Guru 
  1. Supervisi
Tujuannya adalah:     Memantau perkembangan KBM di kelas      Memberikan pengarahan dan pembiasaan bagi guru berkaitan dengan optimalisasi prses KBM     Mengevaluasi kemampuan keterampilan mengajar guru     Pemeriksaan administrasi PBM 
  1. KKG
Tujuannya agar pembelajaran lebih kondusif, siap, matang, kaya, produktif, efektif, efesien, santai dan tidak terkesan dikejar-kejar. Bidang garapnya adalah membuat persiapan harian, program cawu, analisis mata pelajaran, modul dan LKS. Targetnya adalah dihasilkannya perangkat pembelajaran masing-masing tingkatan seefektif dan seefesien mungkin.
  1. Studi Banding
  2. Loka karya
  3. Pembinaan Guru
Maksudnya adalah menambah wawasan guru berkaitan dengan kesiapannya dalam tugasnya di sekolah. Pembinaan ini dapat meliputi:         Pembinaan skill keguruan        Pembinaan ruhiyah        Pembinaan jasadiyah        Pembinaan wawasan intelektual        Pembinaan disiplin, dan        Pembinaan administrasi 
  1. Mikro Teaching
Tujuannya:     Mengembangkan kemampuan diri untuk mawas diri dan menilai orang lain     Memungkinkan adanya perbaikan dalam waktu singkat     Menanamkan rasa percaya diri sendiri dan sifat terbuka dari kritik orang lain     Mengembangkan sikap kritis guru     Menanamkan kesadaran akan nilai-nilai keterampilan mengajar dan komponen-komponennya     Mengenal kelemahan-kelemahan dan kekeliruan dalam penampilan keterampilan mengajar siswa serta tahu penampilan-penampilan yang baikSaat guru akan melaksanaka micro teaching harus mengisi format:      Identitas kegiatan      Tujuan pengajaran      Tujuan micro teaching      Strategi yang digunakan      Metode KBM dan alatnya. I.      Peningkatan Prestasi SekolahOptimalisasi kemampuan diri siswa perlu mendapatkan perhatian intensif, terlebih lagi bagi siswa yang masih baru masuk di TK. Karena itu perlu dibuat laporan mingguan perkembangan setiap siswa yang harus disampaikan ke kepala sekolah kemudian diteruskan ke direktur. Peningkatan prestasi ini juga harus diikuti dengan kedisiplinan siswa dan guru dalan hal:     Disiplin hadir     Disiplin jajan     Disiplin istirahat     Disiplin bermain     Disiplin berpakaian     Disiplin di rumah     Disiplin belajar dan menata peralatan Guru dinyatakan melanggar disiplin apabila:     Tidak membimbing siswa pada apel pagi     Tidak seragam lengkap (bagi wanita tidak berjilbab)     Makan sambil berdiri atau berjalan-jalam     Meninggalkan tugas mengajar tanpa alasan yang benar dan dapat diterima     Melakukan tindakkan tidak terpuji terhadap anak (misal : menghina anak di depan kelas, melukai salah satu anggota tubunhya)     Tidak menghormati sesama rekan guru      Tidak membuat persiapan mengajar     Terlambat masuk tanpa alasan     Tidak masuk tanpa ada pemberitahuan lisan atau tertulis     Melakukan tindakan yang diharamkan Islam, baik di dalam kelas maupun di luar sekolah.J.     Home VisitKearifan memperlakukan siswa sesuai dengan kepribadian dirinya, dipengaruhi oleh cara pandang dan keluasan pemahaman kita terhadap latar belakang kehidupannya. Maka dipandang perlu bagi guru untuk memahami lebih jauh dan lebih detail latar belakang kehidupan siswa-siswinya. Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan perkembangan anak didik. K.    Sarana PrasaranaSegala bentuk program di atas sangat membutuhkan penunjang berupa sarana dan prasarana. Oleh karena itu perlu di musyarahkan kebutuhan sarana dan prasaran yang penting. Teknisnya adalah guru mengajukan anggaran biaya yang di sampaikan ke Kepala Sekolah. Kemudian Kepala Sekolah menyampaiakan kebutuhan itu ke direktur. Selanjutnya direktur dengan Kepala Sekolah bermusyawarah untuk memutuskan disetujui atau tidak, jika disetujui akan diteruskan ke yayasan. Dan yayasan sedapat mungkin akan mengkabulkannya, karena kebutuhan tersebut dinilai sangat penting dan diperlukan menurut pertimbangan Kepala Sekolah dan direktur dan sesuai prosedurnya. Jika kebutuhan yang dianggarkan tidak dapat dipenuhi oleh yayasan, padahal itu harus ada, maka pihak kepala sekolah dapat berusaha untuk mencari dana dari luar yayasan, baik melalui BP-3 atau donatur lainnya. L.     Laporan Tahunan Untuk menjaga kelancaran usaha dakwah ini diperlukan laporan tahunan bidang pengajaran meliputi jumlah siswa, perkembangannya, kendala yang dihadapi, inventaris yang ada, yang rusak dan yang hilang, dan keuangan yang terkait dengan pengajaran. Laporan ini selambat-lambatnya diterima oleh direktur pada akhir bulan Juni pertahun. Kemudian oleh direktur dikoreksi dan diolah kemudian dilanjutkan ke yayasan selambat-lambatnya bulan Juli. Yayasan dapat menanyakan perihal tersebut baik secara langsung atau rapat khusus. Kemudian pihak Kepala Sekolah pada saat itu pula mengajukan RAPBS (Rencana Anggran Belanja Sekolah). RAPBS haru diterima oleh direktur maksimal akhir Mei, dan dikembalikan ke Kepala Sekolah maksimal akhir bulan Juni pertahun, mana yang disetujui dan mana yang harus direvisi. RAPBS dibuat dengan mencerminkan kebutuhan secara utuh, dan termasuk sumber dananya. Demikian program ini dibuat untuk mengawali kerja dakwah kita di dunia pendidikan agar dapat tertata dengan baik, dan memiliki arahan pendidikan yang jelas sehingga mudah untuk dievaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari fitnah dalam melaksanakan amanah pendidikan. Dan untuk menumbuhkan kebersamaan, kekompakan dan keutuhan jama’ah kita. Hasbunalloh nikmal wakil, ni’mal maulana wani’man nashiir. 



[1] Moh. Yamin, Tamparan Keras UNESCO Terhadap Indonesia, Peringkat Pendidikan Turun dari 58 ke 62. Jawa Pos, Rabo 12 Desember 2007.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons